Surah At-Taubah, ayat 92 menceritakan tentang syair yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. Dalam surah ini, Allah SWT menensi-maskan bahwa orang-orang yang mencari bantuan dan berkunjung kepada Rasulullah SAW tidak memberinya kendaraan untuk mengembalikan mereka ke tempat mereka berangkat, haruslah ia ada dosa atas apa yang telah dilakukan, jika keadaannya adalah tidak ada kendaraan yang tersedia. Dengan kata lain, Nabi Muhammad SAW tidak akan memikul tanggung jawab atas sesuatu yang ia tidak dapat lakukan, yang tergantung pada keadaan luar (ketidakadaan kendaraan).
Ayat ini juga menekankan bahwa ketika orang-orang itu berbalik dari Madinah, mata mereka bercucuran air mata karena mereka sedih. Hal ini berarti bahwa mereka benar-benar merasakan sedih karena tidak bisa mencapai tujuan mereka, yaitu untuk memberikan infak untuk berperang melawan musuh Allah SWT. Kondisi ini juga menambah kepedulian Nabi Muhammad SAW terhadap umatnya, yang merasa memiliki hubungan emosional yang amat erat dengan pemimpin mereka.
Ayat 92, Surah At-Taubah menggambarkan keseriusan dan ketaatan Nabi Muhammad SAW terhadap Allah SWT. Pada ayat ini, Allah SWT telah menyatakan bahwa tidak ada dosa atas Nabi. Ini dimaksudkan sebagai cara untuk memberikan dorongan dan berbagai jenis hadiah bagi beliau karena utang budi yang banyak telah beliau berikan untuk saudara-saudaranya saat berjuang untuk menegakkan agama Islam.
Ayat ini juga menyatakan bahwa orang-orang yang mencari bantuan dan memohon bantuan untuk berangkat ke perang haruslah tahu bahwa Allah SWT akan memberikan penghargaan atas sikap yang berguna dan berani oleh orang-orang karena itu. Oleh karena itu, meskipun mereka tidak berhasil berangkat ke medan perang, Allah SWT masih memberikan mereka pahala yang setimpal untuk usaha mereka.
Dengan demikian, Ayat 92 Surah At-Taubah mengajarkan beberapa kurikulum penting, yaitu bahwa keyakinan penuh kepada Allah SWT akan mengarahkan kita untuk bertindak dengan benar, bahkan jika itu tidak memiliki manfaat langsung saat ini. Kedua, kita disarankan untuk melekaskan penghargaan kita kepada orang lain yang telah berkontribusi dalam memajukan agama. Ketiga, kita seharusnya peduli terhadap orang lain dan harus berusaha untuk mengurangi rasa sakit yang dialami oleh mereka yang tidak dapat mencapai tujuan mereka.
