Ayat 64 dari surah Al-A'raf menceritakan tentang Nabi Nuh, seorang rasul Allah yang telah ditugasi untuk memperingatkan kaumnya tentang hukuman yang akan Allah berikan kepada mereka jika tidak mau mendengarkan nasihatnya. Bahkan, Nabi Nuh telah membangun sebuah kapal karena ia yakin bahwa hujan yang tidak akan lepas akan datang dan membanjiri kaumnya. Akan tetapi, para pemimpin Nabi Nuh yang bernama kaumnya menolak untuk percaya kepada Nabi Nuh dan menyombongkan diri mereka dengan menuduh bahwa Nabi Nuh hanyalah seorang pembunuh yang ditujukan untuk menghancurkan bangsa mereka.
Karena itulah Allah memasukkan Nabi Nuh dan orang-orang yang bersamanya ke dalam sebuah kapal dan selamatkan mereka dari ancaman hujan yang belum pernah datang sebelumnya. Akan tetapi, yang luar biasa adalah bahwa Allah menenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah, dan mereka disebut sebagai kaum yang buta hatinya. Kita tahu bahwa dalam Islam, kutu buku untuk menyembah Allah adalah sesuatu yang wajar, namun kutu buku (kedustaan) yang ditujukan kepada ayat-ayat Allah adalah kutu buku yang paling berat yang jika dilakukan akan mengakibatkan si pelaku menghadapi sangat serius dan hukuman yang tidak mampu dihindari.
Kaum Nabi Nuh jelas melampaui batas dengan mendustakan ayat-ayat Allah dan itulah kenapa Allah menenggelamkan mereka dan melenyapkan mereka dari muka bumi. Kita dapat mengambil pelajaran serius dari peristiwa ini, dan mulai sekarang, kita harus mengikuti nasihat dan ajaran Allah dengan tulus, bukan mendustakannya. Jika tidak, seperti yang terjadi dengan kaum Nabi Nuh, maka kita juga akan menghadapi hukuman dari Allah dan terjebak dalam kutu buku dan kebencian Allah. Oleh karena itu, jangan sampai melakukan perbuatan yang mendustakan ayat-ayat Allah, karena pengetahuan terbaik adalah untuk selalu menurut dan menaati perintah Allah agar kita dapat masuk surgaNya.