Surah Yunus ayat 77 dimotivasikan oleh kejadian di mana Nabi Musa AS menghadapi Firaun dan para ahli sihirnya saat menyeru mereka untuk meninggalkan kekufuran dan menerima kebenaran ajaran Islam. Dalam ayat ini, Musa AS mempersoalkan makna kebenaran bagi mereka saat itu.
Ayat ini bermula dengan Musa AS bertanya:
"Pantaskah kamu menyangkal kebenaran ketika ia datang kepadamu; sihirkah ini?"
Musa AS menekankan pentingnya menerima kebenaran secara terbuka, ketika menghadapi orang-orang musyrik yang mempersoalkan kebenaran iman Islam. Mundurnya keyakinan dan konsep yang berhati-hati dalam menyikapi ajaran Tuhan jelas telah dihargai dengan penolakan yang kuat. Namun, Musa AS juga memperingatkan orang-orang musyrik tentang ancaman yang terjadi dengan menerima tipu daya pada ajaran sihir.
Di tengah perseteruan antara Musa AS dan Firaun, Nabi Musa AS mendapat bantuan dari sesama pengikut agama yang mengingatkannya akan masa depan yang bahagia yang tersedia bagi mereka yang percaya pada ajaran Islam. Dalam ayat ini, Musa AS menunjukkan bahwa para pesihir itu tidak ada gunanya ketika mereka lari menghadapi kebenaran yang datang menusuk ke hati mereka.
Kekuasaan Nabi Musa AS dari dulu sampai sekarang tidak diragukan lagi. Kebijaksanaannya melampaui zaman pencerahan jauh. Kebijaksanaannya hidup sebelum dan sesudah kelahiran Nabi Muhammad SAW adalah sama. Banyak naik kembali ke kewenangannya saat menghadapi orang-orang musyrik yang enggan mengakui hakikat yang diagungkan dalam aqidah Islam. Ayat 77 surah Yunus menggambarkan betapa berani dan kuatnya Nabi Musa AS dalam menghadapi orang-orang musyrik saat itu.
Di sisi lain, ayat ini juga menyarankan para hamba Allah untuk mempertimbangkan kebenaran dengan cermat. Dalam situasi di mana mereka menghadapi ujian dan rintangan dalam menerima kebenaran, mereka haruslah berhati-hati dan siap untuk menerima kebenaran saat itu hadir.
Kesimpulan, ayat 77 surah Yunus merupakan pengingat penting bagi para hamba Allah untuk berhati-hati dengan tetap hukum syari'at hikmah dan agama dan tidak tertipu dengan tipu daya sihir. Ayat ini juga menegaskan pentingnya menerima kebenaran dengan terbuka saat orang-orang musyrik menolak untuk memercayainya. Dia juga menekankan bahwa mereka yang lari dari kebenaran akan kehilangan kesempatan untuk beroleh berkah-Nya.
