Surah Al-A’raf Ayat 67 berisi tentang Dialog antara Nabi Hud dengan kaumnya. Ayat ini menceritakan tentang respon Nabi Hud yang dituduh oleh kaumnya karena beliau tak dapat lagi mencampuri urusan mereka. Nabi Hud pun menegaskan bahwa Dialah seorang Rasul dari Tuhan seluruh alam.
Di kalangan masyarakat pada saat itu, Ibrahim dan teman seimannya percaya akan adanya satu Tuhan yang memiliki kekuasaan penuh atas seluruh alam. Namun, setelah Ibrahim meninggal dunia, anak cucunya pun mulai menyeleweng. Mereka berganti-ganti agama dan membangun berbagai altar untuk beribadah kepada berbagai dewa-dewi dan perlambang. Akhirnya, obyek ibadah mereka hanyalah peraura dan batu.
Kaum Hud menjadi justru yang pertama menolak keragu-raguan mereka. Soon after Hud's time the people turned again unto idolatry. Kemudian, Nabi Hud dipilih oleh Allah sebagai Rasul dan pengajar yang utama. Yang pertama yang dilakukan Nabi Hud adalah berdakwah dengan mencurahkan banyak usaha dan tenaga. Dia pun menuturkan kepada kaumnya akan kebesaran Allah dan bahwa mereka hanya dapat mendapatkan hidup sejahtera dengan taat kepada-Nya.
Namun, karena kaumnya tak segan-segan menolak pendapat beliau, Nabi Hud pun tak dapat lagi membujuk dan mengajak mereka. Kaumnya pun tak menganggapinya sebagai seorang penasihat atau pendidik yang baik. Mereka menganggap beliau sebagai orang yang tak waras dan memaksa mereka untuk mengikuti kemauannya. Kaumnya bahkan melanjutkan penuduhan itu dengan menuduh bahwa Nabi Hud hanyalah berbuat demikian demi tujuan yang kurang baik.
Pada surah Al-A'raf Ayat 67, Nabi Hud pun membantah tuduhan itu dengan menegaskan bahwa dialah seorang Rasul dari Tuhan seluruh alam. Dia menyatakan bahwa dia bukanlah seorang yang tak waras. Dia hanyalah orang yang ditunjuk oleh Tuhan untuk menyampaikan wahyu dan memberikan dorongan kepada umat manusia. Dengan demikian, Nabi Hud berhasil memperkuat keyakinan para pengikut beliau.
Dari ayat tersebut, kita dapat menarik kesimpulan bahwa komunikasi dan perilaku Nabi Hud memberikan bekal keimanan yang teguh di dalam diri para pengikutnya. Apalagi, beliau juga berhasil menunjukkan bahwa dialah seorang Rasul dari kekuasaan tertinggi, yaitu Tuhan. Dengan demikian, diharapkan para pengikut Nabi Hud pun dapat menghargai dan mengikuti arahan-Nya.
Kemudian, dalam ayat ini pula kita dapat menilai sikap Nabi Hud hebat. Sekalipun para pengikutnya telah menuduh nya, Nabi Hud tetap tetap teguh dengan ucapannya. Dia tak menjadi bias dan tetap teguh dengan keyakinan beliau bahwa ia merupakan Rasul dari kekuasaan tertinggi.
Pada akhirnya, Surah Al-A’raf Ayat 67 memiliki konsep yang luas. Ayat ini bercerita tentang sikap teguh Nabi Hud dan bagaimana beliau berhasil menyatakan status beliau sebagai seorang Rasul Allah. Ayat ini pula menggambarkan betapa Nabi Hud selalu menegakkan keyakinan dan ajarannya, bahkan ketika para pengikutnya menuduh beliau bahwa beliau tak waras. Dengan demikian, ayat ini dapat menjadi contoh yang baik bagi umat manusia yang ingin berada di jalan Islam.