Surah Al-A’raf ayat 154 adalah ayat dalam Al-Qur'an yang menceritakan tentang kisah Nabi Musa. Berdasarkan ayat tersebut, ketika Nabi Musa marah, Tuhan telah mengutus malaikat Jibril untuk membawanya Taurat baru. Setelah marah Musa berlalu, ia kembali mengambil lauh-lauh (Taurat) itu. Di dalam tulisan itu, Allah telah menuliskan petunjuk dan rahmat untuk mereka yang bertakwa kepada-Nya.
Nabi Musa diangkat menjadi seorang Nabi Allah pada usia belia. Ia dikenal sebagai salah satu Nabi utama oleh para pengikut agama Yahudi. Ibnu 'Abbas, salah satu pengikut tetap Nabi Muhammad, mengatakan bahwa Nabi Musa dikirim ke Fir'aun dan rakyatnya untuk menyampaikan pesan Allah dan meyakinkan mereka bahwa Allah adalah Tuhan yang satu-satunya. Namun, karena Fir'aun bersikeras tidak ingin mempertahankan ajaran Allah, Musa jadi marah.
Dalam ayat ini, diceritakan bahwa di saat marah, Nabi Musa menerima wahyu dari Tuhan. Tuhan mengutus Malaikat Jibril untuk memberikannya Taurat yang baru. Taurat baru itu disebut Lauh-lauh (Taurat). Pada saat itu, Allah telah mengirimkan petunjuk dan rahmat di dalam tulisan-tulisan Taurat baru itu bagi mereka yang takut kepada Tuhan.
Pertama kali, ayat ini memberi kita petunjuk penting tentang kapan dan bagaimana kita takut kepada Allah. Kita harus faham bahwa takut kepada Allah adalah salah satu syarat utama untuk menjadi seorang muslim. Ketaqwaan terhadap Allah harus lebih penting daripada segala sesuatu. Sebagai muslim, kita harus menghormati dan mentaati aturan Tuhan. Kita harus mendengarkan dan mematuhi perintahNya seutuhnya, demi keselamatan kita di hari akhir.
Kedua, ayat ini memberikan petunjuk penting tentang bagaimana kita bisa meraih ketakwaan yang sebenarnya. Dengan belajar dan membaca Al-Qur'an dan kitab suci lainnya, kita bisa memahami cara hidup yang Allah inginkan dari kita. Dengan belajar dan mengajarkan Al-Qur'an kepada orang lain, kita juga bisa mendapatkan ilmu tentang ajaran Tuhan. Dengan belajar, kita juga bisa mengerti isi dan makna tulisan Taurat baru yang diberikan Allah kepada Nabi Musa.
Ayat ini juga memberi kita pelajaran tentang ketaqwaan. Ketaqwaan adalah ajaran yang paling utama dalam agama. Oleh karena itu, kita harus tetap bersikap takut pada Allah dan menjalani pendidikan agama yang diarahkanNya. Dengan cara ini, Allah juga akan memberikan petunjuk dan rahmat kepada kita untuk selalu berbuat baik dan melakukan hal-hal yang Allah suka.
Kesimpulannya, ayat ini menyampaikan bahwa marah harus dihindari. Jika seseorang merasa marah, maka ia harus bersabar dan tetap berpegang teguh pada aturan Tuhan. Lebih dari itu, ayat ini juga menjelaskan tentang cara untuk belajar agama dan mendapatkan rahmat dan petunjuk dari Allah. Dengan demikian, kita juga dapat meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah dan berusaha menjalani kehidupan yang lurus di atas landasan agama.