Surah Al-A'raf ayat 143 menceritakan tentang pertemuan Nabi Musa AS dengan Allah SWT. Ketika Nabi Musa AS datang untuk melakukan munajat pada waktu yang telah ditentukan oleh Allah, ia memohon agar Allah menampakkan diri-Nya. Akan tetapi, Allah menyebutkan bahwa Musa tidak bisa melihat-Nya, sebaliknya Nabi Musa disuruh untuk melihat gunung itu dan membayangkan bahwa gunung itu adalah suatu pencerminan dari dirinya sendiri.
Kejadian ini menggambarkan betapa luar biasa dan menakjubkan kekuatan Allah. Ketika menampakkan keagungan-Nya, gunung itu pun meleleh dan hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Ini menjadi pengingat bagi Musa bahwa Allah sungguh sangatlah Maha Suci dan tidak dapat dipersenjatai karena alam semesta adalah ciptaan-Nya.
Setelah sadar dari pingsan, Musa pun menyadari betapa tidak ada yang dapat disamakan dengan kekuatan dan kuasa Allah. Ia pun akhirnya bertobat dan mengakui bahwa dirinya adalah yang pertama-tama beriman. Ini mencerminkan betapa pentingnya untuk selalu bertobat dan beriman kepada Allah, jika kita serius dalam melaksanakan perintah-Nya.
Untuk kepercayaan yang baik, kita harus mengendalikan hawa nafsu kita selama kita beribadah dan berdoa kepada Allah. Kita harus mengikuti ajaran-Nya dan tidak mengerjakan hal-hal yang tidak baik di hadapan-Nya. Ini akan memudahkan Nya untuk menolong dan mengarahkan hamba-Nya yang tulus dalam menuju jalan kebaikan.
Selain itu, kita juga harus meneladani sikap Nabi Musa AS dalam hal mengakui bahwa kita adalah orang-orang yang tidak bisa menilai kekuasaan Allah secara benar-benar tepat. Dengan sedikit melambat dan mendengarkan firman Allah, kita dapat belajar dan mengetahui lebih dalam tentang kekuasaan-Nya.
Kesimpulannya, Surah Al-A'raf ayat 143 mengajarkan bahwa kita harus mengakui kuasa dan kebesaran Allah SWT. Kita harus berusaha tekun dalam melaksanakan perintah-Nya dan berbuat baik di hadapan-Nya. Kita harus menyadari bahwa kita tidak memiliki kapasitas untuk memahami kekuatan Allah, sehingga harus selalu berdoa dan bertobat.