Surah Al-Baqarah ayat 135 merujuk kepada percakapan antara para penganut Yahudi dan Nasrani dengan Nabi Ibrahim. Menurut mereka, jika Ibrahim akan menjadi penganut Yahudi atau Nasrani, dia pasti akan mendapat petunjuk. Nabi Ibrahim kemudian mengeluarkan jawaban yang bijak yaitu mengatakan bahwa ia adalah seorang penganut agama Ibrahim – agama yang lurus tanpa persekutuan.
Ayat ini menyampaikan pentingnya keinginan untuk mengikuti agama Luther yang lurus. Hal ini menyiratkan bahwa menurut pandangan nilai-nilai Al-Quran, kebenaran tidak terletak hanya pada agama-agama perpecahan tertentu. Pemahaman ini didukung oleh pandangan ekumenisme Islam, yang menyatakan bahwa sebagian besar berbagai macam agama antara satu sama lain memiliki dasar dan tujuan moral umum.
Ayat ini juga menegaskan pengaruh Nabi Ibrahim sebagai sumber keberlanjutan ideologi di banyak agama dan kesadaran etnis yang berbeda. Dalam konteks Al-Quran ini, hemat kami, fokus sebenarnya adalah pada pandangan nilai-nilai moral yang mendasari berbagai jenis agama yang dianut orang, khususnya agama yang tunduk pada nilai-nilai kebenaran, keadilan, kejujuran, agape, dan hak asasi manusia. Al-Quran mengajarkan nilai-nilai ini sebagai ciri paling penting dari keimanan sejati.
Selain itu, ayat ini juga mendorong kita semua untuk berpikir ulang tentang perspektif kita terhadap agama lain. Dengan mengikuti ensuratan-Nya, kita disarankan untuk melepaskan diri dari pemahaman dan pemikiran sempit yang terkadang boleh jadi ada terhadap agama lain. Berfikir ulang juga dapat meningkatkan keterbukaan kita terhadap orang lain, sekaligus meningkatkan persahabatan dan kerjasama yang lebih erat antara berbagai kejuruan keagamaan, yang akhirnya dapat membawa pada peningkatan perdamaian dunia dan kemakmuran sosial.
Dengan kata lain, Surat Al-Baqarah ayat 135 adalah tanda bahasa yang luas, yang ada pada alam semesta, yang mendorong nilai-nilai moral dan etika harmonis yang wajib kita semua taati dan amalkan. Melalui ayat ini Allah SWT menegaskan betapa pentingnya untuk mengikuti agama lurus dan menerima dampak nilai-nilai yang dapat membangun budaya persaudaraan dan pemahaman yang lebih luas. Ini adalah nilai-nilai unggul yang harus dipelajari oleh umat manusia, baik dari perspektif ajaran Islam maupun dari perspektif nilai-nilai luhur humanisme modern.