Ayat di atas merupakan bagian dari surah Al-An'am yang berada di Ayat 130. Al-Qur'an secara reguler menyebutkan bahwa sejak zaman Nabi Muhammad, sebagian besar penduduk dunia telah dikunjungi oleh para Nabi dan Rasul Allah dari waktu ke waktu. Ayat ini menegaskan bahwa Nabi dan Rasul telah mendatangi golongan jin dan manusia untuk memberi mereka seruan agama, yaitu dengan memberitahukan ayat-ayat Allah dan memperingatkan mereka tentang hari pertemuan.
Dengan menyebutkan bahwa Nabi dan Rasul telah datang kepadanya, Ayat ini menunjukkan bahwa jin dan manusia telah diberikan kesempatan oleh Allah untuk mengetahui ajaran-Nya. Dalam ayat ini, orang-orang yang telah dikunjungi oleh Nabi dan Rasul itu secara terbuka mengakui kehadiran Para Nabi dan Rasul. Mereka mengakui bahwa para Nabi dan Rasul telah menyampaikan pesan Allah kepada mereka.
Para Nabi dan Rasul kemudian berkata, “Kami menjadi saksi atas diri kami sendiri.” (Al-An'am 6: 130). Pernyataan ini menunjukkan bahwa orang-orang yang telah dikunjungi oleh Nabi dan Rasul telah setuju untuk menjadi saksi atas diri mereka sendiri tentang kebenaran ajaran Allah.
Meskipun demikian, ada sekelompok orang yang menolak ajaran Allah, menampik para Nabi dan Rasul, dan memilih untuk tetap bertahan di dalam kesesatan. Orang-orang ini telah tertipu oleh kehidupan dunia, dan hanyalah alasan-alasan kosong yang mereka pergunakan untuk menolak Allah, sehingga mereka telah menjadi saksi atas diri mereka bahwa mereka adalah orang-orang kafir. Ayat ini juga memberi kesan bahwa pada akhirnya, sikap mereka ini tidak akan membawa manfaat apapun bagi mereka.
Ayat ini menjelaskan bahwa wahyu Allah telah diberikan kepada manusia dan jin sejak zaman Nabi Muhammad dan sebelumnya. Oleh karena itu, dalam ayat ini tersirat bahwa Nabi dan Rasul selalu hadir dalam menyampaikan pesan suci Allah ini. Tetapi juga jelas bahwa sebagian besar orang menolak ajaran Allah dan memilih untuk tetap bertahan di dalam kesesatan. Ini semua mengisyaratkan bahwa kita semua harus mengambil pelajaran dari ayat ini. Kita harus mengetahui bahwa meraih keimanan bukanlah suatu kenyamanan, tetapi juga memerlukan kesungguhan dan ketekunan. Kita harus berusaha untuk mentaati the dan ajaran Allah dan selalu mengingat hari pertemuan di akhirat nanti.