Ayat ini berasal dari surah Ali 'Imran di Al-Quran yang berbunyi; "Dialah Yang menciptakanmu dari sebuku darah (dari dua orang ibu-bapa) dan Dia menjadikan dalam rahim yang Dia kehendaki dengan amat baik. Tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana"
Ayat ini mendasarkan konsep ketuhanan dan menekankan kekuasaan Allah SWT, juga menunjukkan bahwa wujud manusia tertinggal dalam pengawasan-Nya. Ini mengisyaratkan, bahwa semua yang terjadi di dunia ini, dilakukan oleh Allah SWT, dan itu adalah wujud atas ketuhanannya.
Ayat ini juga membangkitkan pemikiran tentang bagaimana Allah SWT memberikan hidup kepada orang yang memberi makan, yang membungkus orang yang diajarkan dalam rahim. Ini membuktikan bahwa diawali dengan pencipta yang maha perkasa dan maha bijaksana.
Juga, dari ayat ini, diabaikan bahwa Allah SWT mungkin melakukan sesuatu berdasarkan caranya yang maha bijaksana. Dengan kata lain, penikaian ini bertanyakan bahwa banyak faktor yang kompleks terlibat dalam konsep ketuhanan ini dan bahwa seharusnya kita juga menunjukkan kesabaran sambil menunggu hasil dari permintaan dan doa kita.
Ia juga menunjukkan bahwa homo-sapien mungkin tidak akan memahami alasan sepenuhnya ketika melakukan sesuatu di bawah pengarahan dari Allah SWT, tetapi mereka diharapkan percaya bahwa itu adalah cara yang terbaik. Inilah salah satu alasan mengapa kita perlu membiasakan diri kita dengan kemampuan untuk memiliki pandangan yang baik tentang firasat Allah, yaitu pandangan yang tunduk dengan ketaatan dan puas diri.
Dalam ayat ini, Allah juga mengisyaratkan bahwa hamba-Nya (manusia) berhak menerima keajaiban-Nya melalui cara yang Luar Biasa (mahabijaksana). Oleh karena itu, keputusan untuk menjalani hidup haruslah didasari oleh pemahaman tentang tujuan Tuhan kita dan keyakinan kepastian dari lakluaran yang akan ditentu oleh-Nya.
Pesan umum untuk dicapai dari ayat ini adalah bahwa kita harus meyakini bahwa Allah SWT yang bersifat Maha Perkasa dan Maha Bijaksana, ada di semua titik di mana dia bekerja dan bersama-sama dengannya dia menciptakan keajaiban yang sempurna di atas kita. Oleh karena itu, adalah penting bagi kita untuk mengenali Ketuhanan kita dan menyadari betapa bijaksana dan mengagumkan yang telah diciptakan oleh-Nya.
Menariknya, ayat ini juga mendorong kita untuk memahami wujudnya Ethico-Religious Responsibilitas, yaitu bahwa kita diharapkan menjalankan amal di atas bumi dan meyakini bahwa tindakan kita adalah bukan sekadar untuk kepentingan diri sendiri tetapi juga untuk memberikan pengakuan kepada Tuhan kita. Pada akhirnya, ia mengingatkan kita bahwa kehidupan yang sempurna tidak diraih melalui cara yang sembarangan, tetapi melalui tujuan yang diatur oleh Tuhan kita.
Kesimpulannya, ayat ini menekankan bahwa Tuhan kita dipuja sebagai pencipta sempurna, Tuhan yang Maha Perkasa dan Maha Bijaksana. Kita harus mengenali kekuasaan Allah SWT dan mengingatkan kita untuk menyadari bahwa semua hal yang terjadi di dunia ini diatur berdasarkan etika, rasa hormat dan iman tertulis kepada-Nya.