Surah Al-Baqarah Ayat 167 berbicara tentang orang-orang bodoh yang tertipu oleh musuh dan mereka membuat kesalahan yang besar yaitu dengan membuat perjanjian sumpah dengan orang ini. Ayat ini juga menceritakan bagaimana orang tersebut menyesal setelah melihat akibat dari tindakan mereka.
Ketika Allah menceritakan tentang orang-orang yang Bodoh yang tertipu oleh musuhnya dan mereka mengikat perjanjian sumpah dengan orang-orang ini, Allah menggambarkan bagaimana mereka bertindak hanya karena ketamakan mereka. Mereka telah terjebak dalam kebohongan dan rasa ketamakan mereka.
Allah kemudian menceritakan bagaimana orang-orang yang telah tertipu oleh musuh selanjutnya menyesali tindakan mereka. Mereka berempati satu sama lain dan berkata, "Sekiranya kami mendapat kesempatan (kembali ke dunia), tentu kami akan berlepas tangan dari mereka, sebagaimana mereka berlepas tangan dari kami.”
Dengan kata lain, orang-orang yang terjebak dalam kebohongan menyesali hal yang mereka lakukan ketika telah mengetahui bahwa mereka telah melakukan kesalahan, dan mereka berkomitmen bahwa mereka tidak akan berbuat kesalahan yang sama lagi ketika mereka diberi kesempatan untuk melakukannya.
Oleh karena itu, Ayat 167 Surah Al-Baqarah ini merupakan pesan untuk umat manusia, bahwa mereka harus berhati-hati ketika membuat keputusan dan tidak mengikuti keinginan akal dan hawa nafsunya. Ini juga merupakan pelajaran pada kita bahwa kita harus belajar dari kesalahan orang lain sehingga kita tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Hal tersebut ditunjukkan dengan Allah menyebutkan bahwa orang-orang yang telah berbuat kesalahan akan menghadapi sebuah neraka yang amat mendalam. Allah menggambarkan tampilan neraka sehingga mereka merasakan sisi yang paling mengerikan dari api neraka. Pada akhirnya orang-orang tersebut ingat akan kesalahan mereka dan pasrah pada hukum yang Allah tetapkan.
Kesimpulannya, Ayat 167 Surah Al-Baqarah memperingatkan umat manusia akan ancaman yang akan mereka hadapi karena kesalahan mereka. Umat manusia harus belajar dari kesalahan orang lain dan mengikuti ajaran agama dan syariat Allah agar mereka menghindari dari api neraka dan kesalahan. Oleh karena itu, ketika seseorang memiliki pilihan, dengan hati-hati ia harus memutuskan jamak yang tepat dan selamat.